Danau Tes Lebong dan Pangeran Gajah Merik Menaklukkan Raja Ular Kepala Tujuh yang Melegenda
Danau Tes Lebong dan Pangeran Gajah Merik Menaklukkan Raja Ular Kepala Tujuh yang Melegenda--dok/radarlebong
RADARLEBONG.ID - Danau Tes yang berada di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu tidak hanya merupakan danau terbesar di Provinsi Bengkulu. Dibalik keindahan alamnya tersimpan cerita rakyat Pangeran Gajah Merik Menaklukkan Raja Ular Kepala Tujuh di Danau Tes Lebong yang melegenda hingga sekarang.
Dalam sebuah legenda yang telah menjadi kisah rakyat di Bengkulu, tepatnya di Kabupaten Lebong, terdapat sebuah cerita petualangan yang memikat, yakni kisah Gajah Merik, sang putra bungsu dari Raja Bikau Bermano. Gajah Merik adalah sosok yang berani menantang Ular Kepala Tujuh, makhluk yang mendiami danau Tes Lebong dengan penuh misteri.
Ular Kepala Tujuh, yang oleh masyarakat Lebong dianggap sebagai penjaga Danau Tes Lebong, memiliki sarang yang terletak di bawah Pondok Lucuk di sekitar Danau Tes Lebong. Sehingga, penduduk desa tersebut harus melintasi Danau Tes Lebong dengan perahu, mereka melakukannya dengan hati-hati dan dengan segala penghormatan yang sepatutnya.
Kisah yang kita temui ini berawal pada zaman kerajaan Kutei Rukam yang dipimpin oleh Raja Bikau Bermano. Sang Raja adalah ayah dari delapan orang putra yang membanggakan.
BACA JUGA:Cerita Asal Mula Danau Tes dan Si Pahit Lidah di Lebong
Pada suatu hari yang cerah, Raja Bikau Bermano bersiap untuk merayakan pernikahan putra bungsunya, Gajah Meram, dengan seorang Putri bernama Jinggai dari Kerajaan Suka Negeri. Istana kerajaan Kutei Rukam bersolek dan bersiap untuk menggelar pernikahan yang gemilang di dekat Danau Tes Lebong.
Namun, takdir berkata lain pada hari yang sangat istimewa itu. Terjadi sebuah kejadian yang tak terduga, seperti kilatan petir di tengah langit cerah. Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai, yang sedang menjalani upacara mandi bersama di tepian Danau Tes Lebong, tiba-tiba menghilang, entah ke mana. Kepergian mereka menjadi misteri yang tak bisa dipecahkan oleh siapa pun.
Ketidakpastian dan kecemasan pun menghantui hati Raja Bikau Bermano dan sang permaisuri. Mereka merasa khawatir akan keselamatan putra dan calon menantu mereka, sehingga segera mengutus beberapa hulubalang untuk mencari mereka. Namun, upaya pencarian itu sia-sia, dan para hulubalang harus kembali dengan tangan hampa.
Sang Raja pun mengumpulkan seluruh penghuni istana dan dengan nada khawatir bertanya apakah ada yang mengetahui keberadaan Pangeran Gajah Meram dan Putri Jinggai di sekitar Danau Tes Lebong.
Tidak ada yang mampu menjawab pertanyaan Raja. Dalam suasana hening yang mencekam, seorang kerabat Putri Jinggai dari Kerajaan Suka Negeri akhirnya angkat bicara. Dia mengisahkan bahwa putra mahkota dan Putri Jinggai telah diculik oleh Raja Ular, yang bersemayam di bawah Danau Tes Lebong. Ular Kepala Tujuh, makhluk yang dianggap sangat kuat dan licik, adalah pelaku di balik peristiwa misterius ini.
Sang Raja merasa harus segera menyelamatkan mereka, melanjutkan pencarian yang telah gagal. Namun, yang mengejutkan, putra bungsu Raja, Gajah Merik, yang baru berusia 13 tahun, dengan tekad yang mantap memohon izin untuk membebaskan abangnya dan calon menantunya di sekitar Danau Tes Lebong. Meskipun awalnya Raja merasa khawatir akan keselamatan putra yang satu ini, Gajah Merik dengan tegas mengklaim bahwa ia telah mendapatkan pelatihan ilmu kesaktian sejak usia 10 tahun.
Sang Raja akhirnya menyetujui permintaan Gajah Merik, dengan syarat bahwa Gajah Merik harus terlebih dahulu memperoleh senjata pusaka dari Tepat Topos sebelum memulai misi penyelamatan mereka di Danau Tes Lebong.
Keesokan harinya, Gajah Merik memulai proses bertapa di Tepat Topos di sekitar Danau Tes Lebong dengan tekun dan penuh dedikasi. Selama tujuh hari tujuh malam, ia merenungkan rahasia dan kekuatan yang tersembunyi di sekitar Danau Tes Lebong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: