Kabat Tiya, Sosok Mulia Rawat Anak ODGJ Belasan Tahun Tanpa Mengeluh

Kabat Tiya, Sosok Mulia Rawat Anak ODGJ Belasan Tahun Tanpa Mengeluh

Kerangkeng: Disinilah PI, ODGJ di Kecamatan Tubei dikerangkeng dan dipasung dalam ruangan berukuran 2x2 meter. -Foto Adrian Roseple/radarlebong-radarlebong.id

Banyak dikisahkan dalam Al-Qur’an, bagaimana mulianya kedudukan seorang ibu bahkan kemuliaan ini disandingkan Tuhan dengan perintah beribadah kepada-Nya. Kemuliaan ibu ini, terpancar dalam sosok Kabat Tiya, wanita paruh baya usia 60 tahun, tinggal di Desa Gunung Alam Kecamatan Tubei, yang sudah belasan tahun ikhlas dan tanpa keluhan dalam mencurahkan kasih sayang, merawat anaknya Peri Iryanto (40) yang sudah belasan tahun mengalami gangguan kejiwaan.

Andrian Rospele - TUBEI

Benarlah kata pepatah Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalan, menggambarkan perjuangan wanita paruh baya yang biasa disapa Kabat dalam mencurahkan kasih sayang serta menemani dalam ketidakberdayaan anaknya karena mengamalami gangguan kejiwaan.

Meski kerap mendapat pukulan dari anak pertamanya itu, namun Kabat masih tetap tegar dengan kondisinya demi kesembuhan buah hati tercinta. 

Pasca kepulangan suami, Rasdilul, ke sisi Allah SWT, Kabat hanya tinggal sendiri dirumah yang terbuat papan ditemani sang anak Peri yang terpaksa ditempatkan pada kerangkeng layaknya ruang tahanan berukuran 2x2 meter dibelakang rumah.

Meski hanya berprofesi sebagai petugas cleaning service di DP3APPKB Lebong selama 10 tahun terakhir, namun tidak sedikitpun ia melepaskan tanggung jawabnya sebagai orang tua untuk merawat Peri hingga sembuh. 

"Saya hanya tinggal berdua dengan anak saya (Peri, red). Tapi, dia terpaksa harus ditempatkan pada ruangan khusus dibelakang rumah karena sering mengamuk dan memukul hingga mengancam akan membunuh saya," ungkap Kabat saat disambangi Radar Lebong dirumahnya kemarin (15/9). 

Tampak jelas kerutan pada wajah Kabat sembari sesekali menyeka matanya agar tak menangis, dengan tegar ia bercerita awal mula gangguan kejiwaan yang dialami anaknya.

Awalnya, dia sering mendatangi tempat-tempat keramat yang ada di Lebong untuk mencari ilmu. Ini hampir setiap hari dilakukannya, bahkan sampai bermalam dilokasi-lokasi itu," kisahnya. 

Ketika suaminya masih hidup, sekitar tahun 2004 anaknya mulai menunjukkan keanehan dalam kesehariannya. Keluarga akhirnya memutuskan untuk membawa Peri berobat ke Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Bengkulu.

Namun, upaya ini belum berhasil menyembuhkan Peri dari sakit yang dialaminya. 

"Lebih kurang sudah 4 kali, kami (keluarganya, red) membawa dan menitipkan Peri di RSKJ dengan menggunakan BPJS Mandiri. Tapi saat disana, dia (Peri, red) terus membohongi perawat disana dengan berbagai cara agar bisa kabur dan pulang ke rumah. Terakhir, tahun 2019 kami titipkan dia disana, tapi kemudian kabur dan pulang ke rumah," ceritanya dengan mata berkaca-kaca. 

Makin hari kondisi Peri semakin menjadi-jadi, sehingga ia dan 3 anaknya yang lain memutuskan untuk membuat ruangan khusus berukuran 2x2 meter dibelakang rumah dilengkapi dengan terali besi sebagai pintu yang dijadikan sebagai tempat untuk Peri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: