2 Bahasa Daerah di Jambi dan Sumsel Terancam Punah, Kemendikbudristek Luncurkan Revitalisasi

2 Bahasa Daerah di Jambi dan Sumsel Terancam Punah, Kemendikbudristek Luncurkan Revitalisasi

Mendikbudristek Nadiem Makarim -jawapos.com-jpnn

radarlebong.disway.id - 2 Bahasa Daerah di Pulau Sumatera yakni Bahasa Bajau Tungkai Satu dari Provinsi Jambi dan Bahasa Lematang dari Provinsi Sumatera Selatan terancam punah.

Kemudian, diikuti 23 bahasa daerah lainnya di 9 Provinsi di Indonesia.

Diketahui, terancam punahnya 25 bahasa daerah dari Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut lantaran penggunaan bahasa daerah tersebut sangat sedikit dan hampir berusia diatas 20 tahun.

Ditambah lagi, generasi tua pun sudah tidak berbicara bahasa daerah itu kepada anak-anak atau hanya berbicara dengan usia sebayanya.

BACA JUGA:Ada Pesan Penting untuk 64 Atlit POPDA Lebong

Apa saja 25 bahasa daerah tersebut, berikut rinciannya :

1. Bahasa Hulung, Bobat, Samasuru yang berasal dari Maluku.

2. Bahasa Mander, Namia, Usku, Dubu, Irarutu, Podena, Makiew, Bku, Mansim Borai yang berasal dari Papua.

3. Bahasa Ponosokan serta Sangihe Talaud dari Sulawesi Utara.

4. Bahasa Konjo dari Sulawesi Selatan.

5. Bahasa Bajau Tungkai Satu dari Jambi.

6. Bahasa Lematang dari Sumatera Selatan.

7. Bahasa Minahasa

8. Bahasa Gorontalo Dialeg Suwawa yang berasal dari Gorontalo.

9. Bahasa Nedebang dan Bahasa Adang dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

10. Bahasa Benggaulu dari Sulawesi Barat.

11.  Bahasa Arguni dan Kalabra dari Papua Barat.

Untuk itu, demi upayakan pelestarian bahasa daerah di tengah anak muda dan masyarakat.

Menteri Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Anwar Makarim, meluncurkan program revitalisasi bahasa daerah. 

Program yang diluncurkan bertujuan menyadarkan masyarakat akan pentingnya bahasa daerah sebagai identitas dan kekayaan bangsa, juga sebagai langkah pencegahan agar bahasa daerah tidak punah dan dapat kembali dipergunakan masyarakat.

BACA JUGA:Lelang Jabatan untuk 21 OPD Segera Dibuka, Berikut Ini Syaratnya

“Kalau tidak digunakan ya otomatis akan hilang di generasi berikutnya,” kata Nadiem Makarim dalam peluncuran virtual Merdeka Belajar Episode 17 bertema “Revitalisasi Bahasa Daerah,”

Pada tahun 2022 ini, jumlah bahasa daerah yang akan menjadi objek revitalisasi mencapai 38 bahasa daerah yang tersebar di 12 provinsi, di antaranya bahasa Sentani di Papua, bahasa Toraja di Sulawesi Selatan, Bahasa Sasak di Nusa Tenggara Barat, bahasa Batak dialek Angkola di Sumatra Utara.

"Sasaran dari program itu mencakup 1,5 juta siswa di 15.000 sekolah serta 29.000 guru dan 17.000 kepala sekolah, termasuk 1.491 komunitas tutur yang turut terlibat dalam penyusunan model pembelajaran bahasa daerah dan perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan," tuturnya.

Nadiem Makarim menjelaskan, Kemendikbudristek merancang tiga model revitalisasi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. 

Bila gaya hidup bahasanya masih aman dengan jumlah penutur masih banyak dan masih digunakan sebagai bahasa yang dominan di dalam masyarakat maka pewarisan dilakukan secara terstruktur melalui pembelajaran di sekolah atau berbasis sekolah.

“Dan untuk model di mana bahasanya resiko punah itu sangat tinggi, jumlah penutur itu sangat sedikit, pendekatan kita adalah melalui komunitas dan juga pembelajaran yang menunjuk dua atau lebih keluarga sebagai model tempat belajar,” pungkasnya.

Artikel Telah Tayang di https://disway.id/read/581237/Kemendikbudristek-Puluhan-Bahasa-Daerah-Terancam-Punah-Mana-Saja

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: