2 Balita Lebong Diduga Terjangkit Stunting, Berikut Faktor Penyebabnya

2 Balita Lebong Diduga Terjangkit Stunting, Berikut Faktor Penyebabnya

Ilustrasi Stunting--

LEBONG, RADARLEBONG.ID - Angka stunting atau gagal tumbuh di Kabupaten Lebong benar-benar mengkhawatirkan.

Sebab, angka stunting di Kabupaten Lebong saat ini mencapai 23,3 persen atau lebih tinggi dari standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO) yakni kurang dari 20 persen.

Baru-baru ini terungkap, 2 anak bawah lima tahun (balita) di Kecamatan Bingin Kuning mengalami stunting.

"Khusus diwilayah kita ini (Bingin Kuning, red) ada 2 kasus stunting yang dialami oleh balita. Yang pertama di Desa Bukit Nibung dan kedua di Desa Talang Leak," ungkap Koordinator Penyuluh Bingin Kuning, Suhartini kepada Radar Lebong kemarin (23/11).

BACA JUGA:Angka Stunting di Lebong Lebih Tinggi dari Standart WHO, Target Tahun Depan Bisa Menurun

Stunting, lanjut Suhartini, merupakan gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk, terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting menjadi ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia.

Sebab, anak yang mengalami stunting ini tidak hanya hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek atau kerdil) saja. Melainkan, juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

"Tapi stunting ini tidak menular pada orang dewasa," terangnya.

Beberapa faktor penyebab terjadinya stunting ini, tambahnya, mulai dari faktor rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

BACA JUGA: Cegah dan Tekan Kasus Stunting Harus 'Keroyokan'

Faktor perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.

Serta, faktor rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi.

"Untuk menurunkan angka stunting ini bisa dilakukan melalui dua upaya intervensi. Pertama, gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.

Namun, hal ini juga harus didukung dengan beberapa faktor lain mulai dari komitmen dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan pemerintah dan lintas sektor lainnya," tambahnya.

BACA JUGA:Tekan Kasus Stunting, Penyuluh KB Gencar Sosialisasi

Sebelumnya, angka stunting di Kabupaten Lebong mencapai 23,3 persen lebih tinggi dari standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia yakni kurang dari 20 persen.

Pemkab Lebong menargetkan pada tahun 2023 mendatang, angka stunting di Lebong turun menjadi 19 persen.

Hal ini sesuai dengan dengan instruksi Presiden RI yang meminta setiap daerah untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.

Tercatat, ada sebanyak 189 balita di Kabupaten Lebong yang mengalami stunting. Jumlah ini tersebar diseluruh kecamatan dalam Kabupaten Lebong. Mayoritas kasus stunting yang dialami balita di Kabupaten Lebong dengan kondisi tinggi badan tidak sesuai dengan umur yang disebabkan kekurangan gizi.

Tahun 2022 ini, ada 20 desa yang menjadi locus stunting di Kabupaten Lebong. Mulai dari Desa Desa Sukau Marga, Sungai Lisai, Tambang Sawah, Danau Liang, Semelako Atas, Kelurahan Tes, Tik Jeniak, Sukasari, Mangkurajo.

Selanjutnya, Kelurahan Rimbo Pengadang, Daneu, Sukau Kayo, Tabeak Blau II, Suka Negeri, Lemeu, Pangkalan, Bukit Nibung, Talang Leak II, Ujung Tanjung I dan Ujung Tanjung II.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: