Dampak Buruk Histeria Kognitif Media Sosial terhadap Kesehatan Mental

Dampak Buruk Histeria Kognitif Media Sosial-Tangkapan Layar-
RADARLEBONG.ID - Meningkatnya konflik global belum lama ini akibat perang antara Iran dengan Israel, terutama setelah peristiwa operasi "Midnight Hammer", mendorong masyarakat untuk lebih kritis melihat bagaimana media sosial mempengaruhi psikologis masyarakat.
Hal ini disampaikan ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja bahwa di tengah derasnya arus informasi digital, fenomena histeria kognitif media sosial kian mencuat sebagai ancaman baru terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia.
Fenomena ini mencerminkan kondisi di mana persebaran informasi yang cepat, dramatis, dan sering kali tidak akurat menyebabkan kecemasan kolektif yang tidak proporsional.
BACA JUGA: Cara Praktis Gunakan Android Auto dan Apple CarPlay di Hyundai CRETA
"Ketika berita-berita sensasional dan gambar-gambar dramatis beredar dengan cepat, banyak orang, terutama generasi muda, terjebak dalam siklus konsumsi berita yang berlebihan. Ini tidak hanya menciptakan kecemasan dan ketakutan, tetapi juga meningkatkan tingkat stres dan depresi di kalangan masyarakat," ujar Ardi dalam keterangan tertulis.
Dampaknya dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang merasa cemas, tertekan, bahkan putus asa karena terus-menerus terpapar konflik dan tragedi dari seluruh dunia melalui layar ponsel mereka.
Kecanduan untuk selalu terhubung secara digital membuat mereka kehilangan kendali atas batasan antara kenyataan dan persepsi yang terbentuk dari media sosial.
"Mereka sering kali merasa tidak berdaya, terjebak dalam perasaan bahwa mereka tidak dapat mengubah situasi yang sedang terjadi, dan ini dapat mengarah pada perasaan putus asa," cetusnya.
Ardi melanjutkan, penelitian juga membuktikan bahwa paparan terus-menerus terhadap berita negatif berdampak langsung pada peningkatan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, hubungan sosial turut terpengaruh.
Masyarakat semakin kehilangan interaksi tatap muka yang sehat, tergantikan oleh hubungan virtual yang dangkal.
"Ketika orang lebih fokus pada ponsel mereka dan berita yang beredar, interaksi tatap muka menjadi berkurang. Kualitas hubungan dengan keluarga dan teman-teman dapat menurun, dan perasaan keterhubungan yang seharusnya ada dalam komunitas menjadi semakin lemah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: