Mengapa Kebaya Selalu Dipakai di Hari Kartini? Ini Filosofinya

Mengapa Kebaya Selalu Dipakai di Hari Kartini? Ini Filosofinya

Kebaya Selalu Dipakai di Hari Kartini-Tangkapan layar-

RADARLEBONG.ID -  Setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini untuk mengenang jasa Raden Ajeng Kartini, tokoh perempuan yang dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan di Tanah Air.  

Namun ada satu hal menarik yang selalu mewarnai peringatan Hari Kartini: perempuan mengenakan kebaya.

Lalu, kenapaBACA JUGA:4 Fakta Unik R.A Kartini yang Jarang Diungkap, Anda Harus Tahu kebaya begitu identik dengan Hari Kartini?  Sejak lama, peringatan Hari Kartini memang lekat dengan kebaya. 

Hampir di setiap sekolah, kantor, hingga berbagai instansi dan lembaga pemerintah, para perempuan akan tampil anggun dalam balutan kebaya. 

Tak hanya sebagai penghormatan kepada RA Kartini, tetapi juga sebagai simbol budaya dan perjuangan perempuan Indonesia.

Menurut penjelasan dalam Buku Pengantar Teori Sastra karya Dr. Redtianto Permata Raharjo, M.Pd. dan tim (2022: 48), peringatan Hari Kartini memiliki pengaruh besar dalam membangkitkan semangat perempuan Indonesia untuk terus berjuang demi kesetaraan. 

Kartini dianggap sebagai tokoh feminis yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap perempuan melalui pemikirannya yang dituangkan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.  

Kartini tidak hanya dikenal lewat gagasannya, tetapi juga melalui penampilannya. 

Ia kerap tampil mengenakan kebaya, busana khas perempuan Jawa yang kini menjadi simbol perjuangan perempuan Indonesia.

Inilah salah satu alasan mengapa kebaya sangat lekat dengan peringatan Hari Kartini.

Dalam keseharian, RA Kartini dikenal selalu mengenakan kebaya. Bahkan, ada model kebaya yang kemudian disebut sebagai "kebaya Kartini". Model ini memiliki ciri khas berupa kerah berbentuk V dan lengan yang cenderung longgar. Gaya busana ini mencerminkan kesederhanaan sekaligus keanggunan perempuan Jawa pada masa itu.  Kini, kebaya Kartini bukan hanya dipakai saat peringatan Hari Kartini, tetapi juga menjadi inspirasi dalam berbagai peragaan busana hingga pelestarian budaya di Indonesia.

Kebaya sendiri memiliki sejarah yang panjang dan berlapis. Busana ini bukan sekadar pakaian tradisional, melainkan hasil percampuran budaya yang kaya makna. 

Kata “kebaya” diyakini berasal dari bahasa Arab, yakni “abaya” yang berarti pakaian.  Kebaya mulai dikenakan oleh para perempuan bangsawan di lingkungan keraton Jawa sekitar abad ke-16. 

Kala itu, kedatangan bangsa Portugis dan Belanda membawa pengaruh besar terhadap budaya berpakaian, termasuk dalam bentuk kebaya yang kita kenal saat ini.  

Sebelum kebaya dikenal luas, perempuan di Nusantara biasanya mengenakan kemben, yakni sehelai kain yang dililitkan di tubuh bagian atas tanpa penutup dada.

Namun, seiring masuknya ajaran Islam dan berdirinya Kesultanan Demak, terjadi perubahan dalam aturan berpakaian.

Perempuan mulai diwajibkan menutup bagian dada, sehingga kebaya kemudian digunakan sebagai pelapis atau pengganti kemben.

Tak hanya dipengaruhi budaya Arab dan Islam, perkembangan model kebaya juga mendapat sentuhan dari budaya Perancis dan India, yang masuk melalui para pedagang dan penjajah Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: