Tren Pertumbuhan Matcha dan Dinamika Pergeseran Konsumsi Global
Tren Pertumbuhan Matcha dan Dinamika Pergeseran Konsumsi Global-foto:tangkapan layar-
RADARLEBONG.ID- Artikel mendalam tentang tren pertumbuhan matcha, proses produksi, manfaat kesehatan, perbandingan dengan kopi, hingga perkembangan industri matcha di Indonesia. Cocok untuk pencarian seputar matcha, gaya hidup sehat, dan minuman kekinian.
Transformasi Matcha dari Tradisi Menjadi Gaya Hidup Modern
Matcha mengalami perubahan signifikan dalam lima tahun terakhir. Dari minuman tradisi upacara teh Jepang, matcha kini menjadi gaya hidup global dengan nilai pasar mencapai 3,84 miliar USD dan diprediksi naik menjadi 9,86 miliar USD pada 2033.
Meski demikian, penetrasi matcha di Indonesia masih sangat rendah, belum mencapai 5% populasi, menunjukkan tahap introduction yang masih awal dibandingkan penetrasi kopi yang jauh lebih dominan.
BACA JUGA:Resep Teh Tarik Jelly untuk Jualan dengan Rasa Creamy dan Segar
Identitas Matcha dan Proses Produksinya yang Kompleks
Asal Usul dan Filosofi Nama Matcha
Kata matcha berasal dari bahasa Jepang: ma berarti “digiling”, dan cha berarti “teh”. Meski populer sebagai bagian dari budaya Jepang, minuman ini sebenarnya datang dari Tiongkok sebelum akhirnya diperkenalkan dan disempurnakan di Jepang hingga menjadi bagian penting dalam seremonial teh.
Teknik Budidaya yang Membutuhkan Kesabaran
Proses pembuatan matcha sangat rumit dan membutuhkan perlakuan khusus. Tanaman matcha harus ditanam di tempat teduh selama 3–4 minggu tanpa terkena sinar matahari langsung. Setelah dipetik, daun dikukus, dikeringkan, lalu digiling menggunakan batu granit hingga menjadi bubuk halus.
Perbedaan Seremonial Grade dan Culinary Grade
Seremonial grade dipetik pada first harvest di musim semi dan membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk menghasilkan hanya 30–50 gram bubuk matcha.
Culinary grade dipetik setelah first harvest, dengan kualitas di bawah seremonial.
Kompleksitas ini menjadikan harga matcha relatif tinggi, terlebih ditambah faktor menurunnya jumlah petani teh Jepang dari 53.000 (tahun 2000) menjadi 12.353 (tahun 2020).
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
