Permintaan matcha secara global kini lebih tinggi dari kapasitas produksi Jepang. Sebab matcha autentik hanya dapat ditanam di Jepang, sementara jumlah petani didominasi usia lanjut sehingga proses panen berjalan lambat dan berbasis tenaga manual. Ketidakseimbangan antara permintaan dunia dan produksi Jepang menciptakan kelangkaan yang mendorong naiknya harga.
Pertumbuhan Popularitas Matcha di Indonesia
Pilihan Konsumen yang Mulai Berubah
Survei menunjukkan 49,5% responden memilih matcha sebagai satu-satunya minuman yang ingin mereka konsumsi seumur hidup, sedangkan 50,5% memilih kopi. Angka ini menunjukkan matcha mulai mendapat tempat sebagai opsi minuman favorit, meski konsumsi hariannya masih kalah dari kopi.
Kombinasi Kafein yang Lebih Stabil
Matcha memiliki kombinasi katekin dan L-theanine yang membuat efek kafein bekerja lebih lambat, memberi fokus tanpa anxiety, serta memberikan efek relaksasi. Kandungan antioksidan seperti EGCG membantu metabolisme, detoksifikasi, hingga anti-aging. Ini membuat matcha lebih unggul untuk konsumen yang menginginkan fokus stabil dan ketenangan, terutama saat bekerja setelah jam makan siang.
Perbandingan dengan Efek Kopi
Kopi menawarkan kafein yang lebih kuat dan sering dianggap simbol produktivitas serta budaya hustle. Namun efek jitters dan potensi peningkatan asam lambung membuat sebagian orang mencari alternatif yang lebih nyaman bagi tubuh — dan matcha menghadirkan solusi tersebut.
Perkembangan Industri Matcha Lokal dan Tren Regional
Indonesia mengimpor matcha senilai 2,11 miliar USD pada 2023 dengan total 128.981 kg. Meski angka ini besar, Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand yang sudah lebih dulu mainstream dalam konsumsi matcha. Fenomena serupa terjadi pada tren bubble tea, di mana Indonesia baru mengikuti setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand lebih dahulu mengadopsinya.
Pertumbuhan minat masyarakat terlihat dari hadirnya berbagai kafe spesialis matcha seperti Kurasu, Trevoil, Ukimcha, Machabe, Hakuji, Conti, dan Macha Men yang menghadirkan inovasi menu serta eksplorasi varian matcha baru.
Dampak Budaya, Sosial Media, dan Gaya Hidup
Matcha di Jepang telah menjadi budaya berusia ratusan tahun. Di Indonesia, matcha baru memasuki tahap awal perkembangan, namun sangat selaras dengan tren modern seperti wellness, mindfulness, serta rutinitas pagi yang lebih tenang. Konsumsi matcha bukan sekadar soal rasa, tetapi pengalaman dan ketenangan yang dihadirkannya.
Matcha di Antara Budaya Nongkrong dan Ekosistem Kopi
Kopi masih jauh lebih kuat sebagai simbol koneksi sosial, aktivitas nongkrong, hingga lambang produktivitas. Namun matcha kini menjadi pelengkap yang berdampingan dengan kopi. Konsumen yang tidak minum kopi kini memiliki pilihan ketika datang ke kafe bersama teman atau keluarga. Potensi matcha untuk menjadi alternatif utama tetap terbuka, dan beberapa kalangan bahkan meyakini matcha bisa menyalip industri kopi di masa depan.