Hal tersebut disebabkan karena bayi atau balita membutuhkan penanganan gizi khusus.
Sehingga apabila tidak mendapatkan perhatian yang baik, bisa mengakibatkan gizi buruk, marasmus, juga kwashiorkor.
Tak hanya itu, masalah gizi lainnya yang kerap dialami oleh bayi di area pengungsian bencana adalah bayi yang terpisah dari ibunya, sehingga bayi tersebut tidak memperoleh Air Susu Ibu (ASI).
Kemudian, penyebab lain masalah gizi pada bayi juga disebabkan oleh terlambatnya bantuan makanan, makanan yang dikonsumsi tidak cocok oleh bayi dan balita.
5. Hepatitis A
Tidak tersedianya sumber air bersih di tempat pengungsian korban gempa dan tsunami membuat risiko hepatitis A menjadi sangat tinggi.
Penyakit ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui sumber air yang tercemar feses.
Orang yang mengalami hepatitis A akan mengalami beragam gejala, misalnya merasa letih, badan lemas, nyeri di bagian perut kanan atas, nyeri sendi dan otot, demam ringan, hilang nafsu makan, mual, sakit kepala, sembelit atau diare, juga kulit dan mata menjadi berwarna kuning.