RADARLEBONG.ID- Mata uang Amerika Serikat terus mengalami kenaikan secara signifikan.
Menguatnya nilai tukar dolar AS memicu kekhawatiran tidak hanya di negara-negara berkembang tapi juga di negara industri maju.
Salah satunya negara Indonesia yang mata uangnya rupiah semaikin melemah.
Adapun Bank Indonesia (BI) mengambil langkah serupa demi menopang nilai tukar rupiah, yang anjlok ke titik terendah dalam empat tahun terakhir.
BACA JUGA:Simak Faktor Penyebab Dolar AS Menguat, Lantas Bagaimana Dampaknya Bagi Indonesia?
Saat ini nilai tukar rupiah beriksar di Rp16.800 yang dianggap krusial bagi ekonomi.
Akibat kenaikan dolar AS akankah Indonesia kembali mengalami krisis moneter yang dibahas sekarang ini? Sedikit mengingat bahwa pada tahun 1997/1998 Indonesia pernah mengalami krisis moneter.
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, sementara ini telah berlangsung hampir dua tahun.
Telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur.
Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja, karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi.
Seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir,
hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu dan kelanjutannya.
Tentunya penyebab dari krisis moneter ini adalah mata uang yang melemah seperti nilai rupiah yang menurun.
Dengan naiknya nilai dolar membuat nilai tukar rupiah menurun, selain itu juga cadangan devisa negara juga tidak mampu untuk menahan gejolak penurunan nilai mata uang rupiah.
Indonesia saat itu cukup terbuka bagi investor asing yang menanamkan modal usahanya di perusahaan dalam negeri.