BACA JUGA:Deposito APBD 2021 Rp 50 Miliar, Atas 'Titah' Bupati
Pada suatu hari di awal Reformasi, ketika Bang Ridwan Saidi punya kolom di Suara Pembaruan, tanpa sengaja saya berpapasan dengannya di kantor redaksi koran itu. Saya kebetulan mau mengecek honornya sudah bisa diambil belum atas artikel sebelumnya. Bang Ridwan katanya mau setor naskah.
Dan yg membuat saya kaget, saya lihat Bang Ridwan tadi turun dari angkot. Padahal saya juga tadi naik angkot. Penulis besar, kolomnis agung itu, naik angkot juga.
Selamat jalan menuju keabadian, Bang RS. Smoga husnul khotimah.
— Viva Yoga Mauladi (@vivayogamauladi) December 25, 2022
Pernah bersama alm. bikin “buku biografi A Dahlan Ranuwihardjo”. Ternyata,saya kagum. Referensi sejarah, buku & artefak, pengetahuan & logika berpikirnya sangat kaya.
@kahminasionalRI @hmiprogresif pic.twitter.com/Sogy3X2YDO
Dan hari hari setelah sy tahu beliau, kesimpulannya : betapa sederhananya orang ini, betapa entengnya berbagi gagasan dan pengalaman hingga yang lucu lucu. Kalau sudah tertawa lepas tampak Bang Ridwan gembira sekali.
Nasihat yang saya ingat dari Bang Ridwan soal tulis menulis: “Bikin tulisan itu harus yg nendang, kalau kagak, siapa yg mau baca?” katanya meneruskan pesan Buya HAMKA ketika masih di Panji Masyarakat.
Bang Ridwan Saidi wafat. Innalilahi wa inna ilaihi Rojiun, lahul Fatihah, semoga Husnul khotimah.