Kisah Pilu Keluarga Miskin yang Tinggal Digubuk Reot, Anak Terpaksa Dipasung

Kisah Pilu Keluarga Miskin yang Tinggal Digubuk Reot, Anak Terpaksa Dipasung

BENGKULU UTARA, RadarLebong.com - Cukup memilukan, akan kondisi keluarga miskin yang dijalani  Suhi (52) di Desa Teluk Ajang Kecamatan Air Padang Kabupaten Bengkulu Utara ini. Bagaimana tidak, ia bersama istri dan 3 anaknya terpaksa tinggal di gubuk reot yang sempit. Kesedihan akan kehidupan miskin yang dihadapinya, bukan hanya sebatas itu saja,  sang Bapak pun terpaksa memasung salah satu anaknya  karena mengalami gangguan mental. Gubuk yang ditinggali keluarga ini hanya terbuat dari papan dan dengan kondisi atap yang bocor. Serta, tempat tidur papan yang hanya beralaskan daun bersama istrinya Peli (35) dan ketiga anaknya yang masing masing berusia 13 tahun, 9 tahun dan 9 bulan. "Kami hanya mampu seperti ini, bisa makan sehari saja sudah syukur pak. Sementara istri saya, hanya mengurus anak-anak, apalagi saat ini anak kami lagi sakit dibagian leher," ungkap Suhi. Ia pun mengaku, belum mendapatkan bantuan apa apa dari pemerintah. Dan berharap, ada bantuan baik berupa bedah rumah, jambanisasi dan fasilitas bantuan lainnya, guna menopang kehidupan keluarganya. "Sebelum disini, kami pernah tinggal di perkebunan kelapa sawit milik PT Sandabi, dengan saya bekerja sebagai buruh tani. Namun, setelah anak yang yang terakhir lahir, kami kembali ke gubuk kami ini, dan melanjutkan kehidupan di desa," lanjutnya. Saat ini yang lebih menambah beban hidupnya, Pak Suhi melihat ketika kondisi anak pertamanya yang mengalami gangguan kesehatan mental. Putranya terpaksa ia pasung dengan cara diikat dengan tali rafia, agar sang anak tidak lepas dari pengawasan. "Anak pertama saya, telah menderita disabilitas sejak berusia 4 tahun. Kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk pengobatannya, karena tidak ada biaya. Kami sangat berharap sekali, anak kami mendapatkan pengobatan yang layak," katanya. Sementara itu, Kepala Desa Teluk Ajang, Lihusdin, mengakui jika keluarga pak Suhi ini belum menerima bantuan. Hal ini bukan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah, melainkan karena bantuan pemerintah itu belum terakomodir disebabkan beberapa kendala. "Terkait dengan keberadaan salah satu keluarga miskin di desa kami, saya akui memang terdapat beberapa usulan bantuan dari pemerintah yang belum dapat terakomodir. Mulai dari bantuan bedah rumah, hingga program keluarga harapan dan kartu indonesia pintar untuk anak pak suhi yang saat ini bersekolah di SD setempat. Ini dikarenakan, refocusing anggaran karena pandemi covid 19. Sehingga, kami sudah dua kali mengusulkan belum dapat terealisasi," terangnya. Namun demikian, diakui Lihusdin, bantuan PKH dan Kartu Indonesia Sehat tengah dalam proses Assesment dari operator basis data terpadu oleh pihak Dinas Sosial yang ada di desa. "Sedangkan, untuk bantuan pangan non tunai atau BPNT serta BLT DD serta BPJS PBI Jamkesda sudah diterima oleh keluarga ini," jelasnya. Terkait, anak kondisi putra pak Suhi yang mengalami Disabilitas Mental, pihaknya mengakui sudah berupaya mengusulkan untuk dibawa ke RSJKO Kota Bengkulu melalui Dinas Sosial BU. Namun hal tersebut, terkendala karena persoalan internal keluarga pak Suhi. "Keluarga pak Suhi, belum menginginkan anaknya dibawa ke RSJKO Bengkulu," tegasnya. Terpisah, Plt Kepala Dinsos BU, Agus Sudrajat mengaku untuk bantuan bedah rumah yang belum terakomodir, pihaknya telah memberikan instruksi ke pihak Kecamatan untuk menyerahkan data keluarga pak Suhi, agar bantuan bedah rumah dapat diupayakan melalui anggaran dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) BU. "Kalau mengharapkan anggaran negara, saya rasa akan membutuhkan proses dan prosedur. Sejauh ini, kami sudah meminta pihak Kecamatan agar segera memberikan data, supaya kita bantu dari Baznas," singkat Agus. (aer)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: