JAKARTA.RADARLEBONG.ID - HARI Pers Nasional (HPN) sudah selesai. HPN dirayakan pada puncaknya dengan sukses di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu, 9 Februari 2025.
Banyak tokoh nasional dan daerah hadir, termasuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dan tokoh pers Dahlan Iskan, serta Gubernur Kalsel H. Muhidin dan para pejabat penting di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalsel.
HPN juga dihadiri wartawan dan keluarga, serta pengurus PWI dari 30 provinsi. Jumlah hadirin diperkirakan 3.000 orang.
Dalam ingatan saya, dalam kerumunan massa yang hadir, ada seorang pria setengah baya yang menenteng tas kecil warna hitam, badannya tegap seperti perwira militer.
BACA JUGA:Meriahkan HPN 2022, PWI Bengkulu Gelar UKW Gratis
Ia terlihat sibuk mondar-mandir, pikirannya seperti terus berjalan.
Ketika duduk ia lebih banyak berbicara dengan menggunakan telepon selulernya. Baru diajak bicara langsung sebentar, telepon selulernya berdering dan ia harus mengangkatnya. Namun isi pembicaraanya tidak jauh-jauh dari HPN.
Dia adalah Raja Parlindungan Pane yang akrab dipanggil Raja. Raja adalah Ketua Panitia Pelaksana HPN 2025 Pusat.
Dalam kepanitiaan HPN Raja didampingi Sekretaris M Sarwani, Bendahara M.Nasir, dan Penanggung Jawab HPN Hendry Ch Bangun selaku Ketua Umum PWI Pusat, serta Sekretaris Jenderal PWI Pusat, M. Iqbal Irsyad. Di Kalsel dibantu panitia handal Zainal Helmie (Ketua PWI Kalsel) dan Toto Fachrudin (Koordinator Panitia Daerah Kalsel)
BACA JUGA:Puncak HPN 2022, Dirut RBMG-SEG Raih Press Card Number One
Raja adalah wartawan senior yang sarat pengalaman di dunia kewartawanan dan organisasi pers. Pernah ia menjadi pemimpin redaksi media ibu kota di Jakarta.
Dalam kepengurusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Raja sekarang sebagai Wakil Sekretaris Jenderal.
Dia mengaku sebagai orang Batak yang sudah terkontaminasi kultur Jawa sejak ia kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik tahun 1980-an.
Saat itu ia masih remaja. Mudah bergaul, mudah menyerap gaya kawannya, setiakawan, dan mudah berempati. Itulah dia.
Kultur Jawa secara perlahan membuat nada bicaranya sering rendah, dengan intonasi yang lembut, tidak melonjak-lonjak.