RADARLEBONG.ID - Meskipun di Indonesia hari Valentine tidak dirayakan secara resmi, tetapi nuansa bulan penuh cinta biasanya turut digaungkan oleh sejumlah pihak, misalnya pusat perbelanjaan atau sejumlah merek dengan memberikan promosi khusus.
Sebagian orang juga ikut meramaikan Hari Valentine dengan memberikan hadiah untuk pasangannya.
Biasanya kado valentine yang umum diberikan sebagai hadiah antara lain bunga dan cokelat. Namun, mengapa Hari Valentine identik dengan pemberian cokelat?
Sejarawan makanan, Profesor Rebecca Earle dari Warwick University, menjelaskan kepada Independent bahwa pada era Victoria, cokelat dianggap sebagai alat rayuan.
BACA JUGA:Bolehkah Umat Islam Merayakan Valentine 2025? Ini Menurut perspektif Islam
Saat itu, para laki-laki tampaknya tahu betul bahwa cokelat adalah senjata yang paling ampuh untuk melamar perempuan.
Bahkan, buku etiket dan pengiklan sama-sama mendorong anggapan bahwa pertukaran cokelat antara laki-laki dan perempuan sama seperti pernyataan cinta.
Laki-laki memberikan cokelat sebagai tanda kasih sayang. Di saat yang sama, selera dan ketajamannya dalam memilih kotak cokelat juga dapat terlihat dari cokelat yang diberikan kepada perempuan.
Para pengiklan pun berupaya membentuk anggapan di kalangan konsumen bahwa kotak cokelat yang lebih mahal menandakan cinta dan kasih sayang yang lebih mendalam.
Dari hal itu lah, para produsen memproduksi cokelat kemasan dalam jumlah besar selama bertahun-tahun.
Jenisnya pun beragam, mulai dari cokelat bonbon sederhana hingga kumpulan cokelat mahal yang dikemas dalam beberapa lapisan pembungkus dan pita yang meniru pakaian para perempuan di era Victoria.
Para sejarawan menitikberatkan pada kemiripan yang menarik antara kotak cokelat yang rumit dengan lapisan renda, crinolin, dan sutra pakaian perempuan di zaman tersebut.
Karena cokelat sangat erat kaitannya dengan hubungan asmara dan seks, para perempuan Victoria yang masih lajang diingatkan untuk tidak menerima cokelat dari sembarang laki-laki yang tidak memiliki hubungan atau pertunangan dengan mereka.
Hal itu dianggap sama tabunya dengan jika perempuan yang memberikan cokelat untuk laki-laki.
Namun, tradisi tersebut memudar seiring dengan kemajuan zaman dan berkembangnya perayaan Hari Valentine ke berbagai belahan dunia.