Umat Islam Harus Cerdas dan Toleran Hadapi Moment Natal dan Tahun Baru 2025

Senin 23-12-2024,11:19 WIB
Reporter : Miya Diosi
Editor : Miya Diosi

Sebagian ulama membolehkan dengan alasan hubungan sosial dan toleransi, selama ucapan itu tidak bertentangan dengan akidah Islam. 

“Namun sebagian pendapat lain memandang perayaan natal adalah kegiatan ritual atau prosesi ibadah bagi kaum kristiani, karena itu memberi ucapan selamat dapat berarti sikap setuju atau ikutserta dalam ritual ibadah tersebut,” tambahnya

Ketiga, tidak ikut dalam ritual ibadah dan juga tidak ikut dalam aktivitas apapun dalam kaitan dengan upaya untuk merayakannya. 

“Islam membedakan antara menghormati dan ikut serta. Menghormati artinya tidak mengganggu atau meremehkan perayaan tersebut, tetapi seorang muslim tidak dianjurkan untuk ikut dalam prosesi ibadah atau tradisi, budaya dan resam keagamaan dari kaum non muslim,” papar Saifuddin.

Keempat, tetap menjaga hubungan baik sebagai teman, tetangga, kolega bisnis, sejawat kerja di kantor atau kawan relasi dagang di pasar.

Terkait dengan perayaan tahun baru, Saifuddin meminta umat Islam menimbang, memilah, dan memilih sikap dan perilaku yang baik.

Silahkan mengikuti anjuran ulama dan imbauan pemerintah demi kebaikan dan ketertiban bersama.

“Merayakan tahun baru dengan kegiatan positif, seperti tetap tinggal di rumah pada malam tahun baru untuk melakukan refleksi diri, berdoa, atau berbagi kebaikan, bisa menjadi cara yang sesuai dengan nilai Islam.

Hindari perilaku yang berlebihan atau bertentangan dengan syariat,” lanjutnya.

Saifuddin mengingatkan, tetap cerdas dan berhati hati akan ancaman musibah yang bisa datang kapan saja, bahkan pada saat kita sedang lalai baik di waktu pagi atau waktu malam sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-A’raf ayat 97-99.

Allah memastikan kita tidak aman dari siksaNya yang dapat datang tiba tiba ketika kita sedang tidur nyenyak di malam hari atau sedang lalai bermain di paginya.

 

Kategori :