Pada kesempatan sama, dosen Universitas Primakara, Putri Anugrah Cahaya Dewi mengatakan hoaks itu layaknya virus.
Jika kita ikut menyebarkan, virus itu bisa merebak ke berbagai arah.
Jika kita mendapati berita itu tidak benar, harus dihentikan virus itu di kita agar tidak makin menyebar, sambungnya.
Saat ada yang kita kenal menyebarkan berita, lanjut Putri, perlu ditanyakan lagi keabsahan berita kepada yang bersangkutan.
Jika dirasa sumber yang tertera tidak kredibilitas atau bahkan mencurigakan, hentikan di kita.
“Apa pun yang kita sebarkan, kita memiliki andil di situ, sehingga kita harus tahu apa konsekuensinya.
Jejak digital adalah hal nyata, sebabnya perlu kehati-hatian di media sosial,” lanjut Putri.
Etika digital kemudian menjadi unsur yang penting dalam proses menyebarkan berita dan mengunggah konten.
Hal itu adalah salah satu bentuk kontribusi masyarakat dalam menjaga keseimbangan dan keamanan di ruang digital.
“Netiket berkomunikasi di media sosial, kita harus hati-hati dengan apa yang di-posting, kritis terhadap berita yang diterima, sebutkan sumber kita mau sharing data, jaga tata bahasa, dan jaga emosi di ruang digital,” pungkas Putri.