RADARLEBONG.ID- Dalam dunia medis keguguran adalah peristiwa yang sangat menyedihkan bagi banyak pasangan yang tengah menantikan kehadiran buah hati.
Meskipun ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan keguguran, salah satu penyebab utama yang kini mendapatkan perhatian lebih dari para ahli adalah masalah pada embrio itu sendiri.
Embrio yang bermasalah, terutama yang memiliki kelainan genetik, dapat menjadi pemicu utama terjadinya keguguran pada ibu hamil.
Keguguran yang dalam istilah medis dikenal sebagai abortus spontan, terjadi ketika kehamilan berakhir sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.
BACA JUGA:Pentingnya Menjaga Berat Badan Saat Hamil, Kurangi Risiko Terkena Diabetes Gestasional
Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 10-20% kehamilan berakhir dengan keguguran, dan angka ini bisa lebih tinggi jika termasuk kehamilan yang berakhir sebelum diketahui oleh sang ibu.
Dari seluruh kasus keguguran, sekitar 50% di antaranya disebabkan oleh masalah kromosom pada embrio.
- Kelainan Kromosom pada Embrio
Kelainan kromosom terjadi ketika embrio memiliki jumlah kromosom yang tidak normal, baik berlebihan atau kekurangan.
Normalnya, manusia memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 23 pasang kromosom. Namun, dalam beberapa kasus, terjadi kesalahan selama proses pembelahan sel, yang menyebabkan embrio memiliki kromosom yang tidak berpasangan atau berlebih.
Kondisi ini bisa menyebabkan perkembangan embrio terganggu dan berujung pada keguguran.
Salah satu contoh kelainan kromosom yang umum terjadi adalah trisomi 21, yang lebih dikenal dengan Down Syndrome.
Meskipun embrio dengan trisomi 21 bisa bertahan hidup hingga kelahiran, sebagian besar kelainan kromosom lainnya seperti trisomi 13 atau trisomi 18 biasanya berujung pada keguguran di awal kehamilan.
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan embrio untuk berkembang dengan baik karena kerusakan genetik yang terjadi.
- Faktor Usia dan Kualitas Embrio