RADARLEBONG.ID - Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan kelahiran Nabi besar dalam agama Islam, adalah salah satu momen paling bersejarah dan berarti bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia.
Kehadirannya bukan hanya sebagai perayaan keagamaan semata, tetapi juga mengandung makna yang dalam dalam sejarah peradaban Islam.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW yang harus kita ketahui, dan bagaimana tradisi ini menjadi bagian penting dari warisan budaya Islam.
Maulid dalam Kebudayaan Arab
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki akar yang kuat dalam budaya Arab sejak awal sejarah Islam. Catatan tertua tentang perayaan Maulid Nabi ini dapat ditemukan dalam buku "Sejarah Maulid Nabi" yang dicatat oleh Ahmad Sauri pada tahun 2015.
Catatan ini mengungkapkan bahwa bangsa Arab telah merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW, atau yang sering disebut sebagai Maulid Nabi, sejak tahun kedua Hijriah. Ini menunjukkan bahwa tradisi Maulid telah melekat dalam kehidupan umat Muslim sejak zaman dahulu.
Perintah Khaizuran untuk Merayakan Maulid
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW juga mencatat peran penting seorang wanita bernama Khaizuran (170 H/786 M) dalam memerintahkan perayaan kelahiran Nabi Muhammad.
Khaizuran adalah ibu dari dua pemimpin besar dalam sejarah Islam, yaitu Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid. Ia datang ke Madinah dan dengan tegas memerintahkan penduduk setempat untuk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.
Tidak hanya di Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan memberikan perintah yang sama kepada penduduk Makkah. Namun, perayaan di Makkah diadakan di rumah-rumah penduduk.
Pengaruh Khaizuran dalam Dinasti Abbasiyah
Khaizuran merupakan sosok yang sangat berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suaminya), Khalifah al-Hadi, dan Khalifah al-Rasyid (putranya).
BACA JUGA:Ustadz Felix Siauw Jelaskan Mengapa Mengingat Kematian Dapat Meningkatkan Khusyuk dalam Shalat
Pengaruh besar ini memungkinkan Khaizuran untuk menggerakkan masyarakat Muslim di seluruh wilayah Arab. Tujuannya sangat jelas: memastikan bahwa teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad tetap menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.