Waspada Bencana Hidrometeorologi Basah dan Kering

Waspada Bencana Hidrometeorologi Basah dan Kering

--

JAKARTA, RADARLEBONG.DISWAY.ID – Indonesia berpotensi menghadapi dua jenis bencana sekaligus yakni bencana hidrometeorologi basah dan hidrometeorologi kering.

Sebagaimana disebutkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Bencana terjadi dalam rentang periode sejak Juli hingga awal September.

Menghadapi 2 bencana tersebut,  masyarakat diminta untuk tetap meningkatkan kewaspadaan, apalagi saat terjadi cuaca ekstrim. Keterangan tersebut disampaikan Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta.

Dia mengatakan bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Sedangkan bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.

Lanjut Muhari mengatakan, dalam kurun 18  hingga 24 Juli lalu telah terjadi 39 kejadian bencana yang melanda Indonesia dan seluruhnya adalah bencana hidrometeorologi.

Rinciannya 18 kejadian karhutla, 9 banjir, 8 kejadian cuaca ekstrem, dan4 kejadian tanah longsor.

BACA JUGA:Wajib Tahu, Odong-Odong Dilarang Lalu Lalang di Jalan , Berikut Penjelasan Korlantas Polri

’’Pada periode Juli sampai awal September nanti, ada pergeseran cuaca. Di waktu bersamaan kita alami bencana hidrometeorologi basah dan hidrometeorologi kering,’’ katanya.

Muhari mengatakan BNPB bakal menangani kedua potensi bencana tersebut. Hanya saja konsentrasinya harus dibagi menjadi dua.

Muhari menuturkan pada pekan-pekan sebelumnya banyak terjadi kasus banjir dan tanah longsor. Kemudian saat ini bergeser, mulai bermunculan kasus karhutla.

Meskipun begitu dia tetap memberikan peringatan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai maupun di area dengan kemiringan yang curam.

Dia mengatakan ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan berlangsung selama satu jam, masyarakat diharapkan untuk berinisiatif mengamankan diri.

’’Ketika rumah tetangga dengan jarak 50 meter sudah tidak kelihatan, berarti curah hujannya tinggi,’’ katanya. Masyarakat secara mandiri harus berinisiatif mengamankan diri dari potensi luapan air sungai, banjir bandang, atau tanah longsor.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: