Waspada Ancaman Perubahan Iklim

Waspada Ancaman Perubahan Iklim

BENGKULU, radarlebong.com - Seluruh masyarakat di Provinsi Bengkulu khususnya, agar waspada akan ancaman perubahan iklim yang tengah melanda saat ini. Terlebih bagi, desa-desa yang berada di pesisir pantai di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara agar hati-hati akan ancaman abrasi, naiknya permukaan air laut, badai tropis dan lainnya. Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief menjelaskan berbagai persoalan di pesisir ini tak terlepas dari dampak pemanasan global yang semakin semula terjadi secara perlahan, namun terus meningkat semakin cepat. "6 kabupaten dan 1 kota di Bengkulu termasuk dalam wilayah pesisir. Semua terancam. Semua ini perlu perhatian khusus," kata Hj Riri Damayanti John Latief, Selasa (5/4/2022). Baca JugaHUT Kota Bengkulu ke 303 Tahun, Senator Riri Puji Kemajuan Kota Bengkulu Apalagi, diketahui berhektare-hektare tanah di Bengkulu hilang dan menyatu bersama laut akibat abrasi laut. Kondisi ini kian mengkhawatirkan. Bahkan belasan kebun kelapa desa di Kabupaten Bengkulu Utara belum lama ini dilaporkan telah melebur bersama laut. "Saya minta maaf kepada seluruh kepala desa yang terdampak abrasi ini, khususnya bagi desa-desa yang belum mendapatkan perhatian apapun dari pemerintah. Semua harus menyadari bahwa ancaman perubahan iklim ini semakin nyata," tegas Hj Riri Damayanti John Latief. Dewan Penasehat Karang Taruna Provinsi Bengkulu ini berharap pemerintah daerah tidak perlu menunggu abrasi air laut yang terjadi sampai menenggelamkan perumahan milik warga baru kemudian merespon permasalahan ini dan menganggapnya sebagai masalah serius. "Di Pulau Jawa sudah ada rumah, bukan lagi rumah, saya dengar sudah ada perkampungan yang tenggelam dan ditinggalkan penduduknya karena abrasi dan pasang air laut. Di Bengkulu 20 desa yang berada di pesisir diprediksi hilang tahun 2040 nanti. Naudzubillahimindzalik," ujar Hj Riri Damayanti John Latief. Kakak Pembina Duta Generasi Berencana (GenRe) BKKBN Provinsi Bengkulu ini menambahkan, pemerintah harus lebih bersikap keras terhadap negara-negara maju agar menunjukkan komitmennya memberikan dukungan kepada negara miskin dan berkembang untuk menghadapi perubahan iklim serta dampak-dampaknya. "Negara kaya wajib bantu yang miskin, yang kuat harus bantu yang lemah. Ini bukan cuma filosofi Pancasila. Semua agama dan kepercayaan mengajarkan kepedulian semacam ini. Tanpa saling peduli, kondisi bumi akan semakin parah," demikian Hj Riri Damayanti John Latief. (***/rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: