Tapi kenyataannya, kota ini pelan-pelan menjelma jadi salah satu pusat kopi terbaik dunia.
Menurut para ahli kopi, budaya kopi di Copenhagen menekankan pada asal biji, metode sangrai, serta penyeduhan yang presisi.
Warga Denmark dikenal lebih menyukai light roast karena mampu menonjolkan karakter rasa alami dari biji kopi tersebut.
3. Sydney
Kota ini bukan hanya mencintai kopi, tapi juga dianggap sebagai pelopor tren “kafe modern” yang stylish dan inovatif.
Hampir setiap lingkungan di Sydney punya komunitas ngopi setia yang bangga akan kafe langganannya.
Salah satu kontribusi paling terkenal dari Sydney untuk dunia kopi adalah flat white yaitu minuman espresso berbasis susu yang creamy dan seimbang.
Minuman ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia, dari New York sampai Tokyo.
4. Tokyo
Melansir Coffeness, perjalanan kopi di Tokyo dimulai pada tahun 1888, saat kedai kopi pertama bernama Kahisakan dibuka di Ueno.
Tempat ini jadi tonggak lahirnya budaya kissaten, kedai kopi khas Jepang yang terkenal dengan nuansa tenang dan pelayanan penuh perhatian.
Tokyo juga menjadi pelopor teknik slow-drip cold brew, yaitu kopi dingin yang diseduh perlahan dengan air es, sepupu dari teknik flash brew khas Kyoto.
Gabungan antara menjaga kualitas dan semangat untuk terus berinovasi inilah yang membuat Tokyo jadi kota kopi yang istimewa menurut para pecinta kopi dan ahli industri.