Hingga kini, masih banyak orang meyakini bahwa makanan tersebut benar-benar berpotensi menjadi penyebab jerawat.
Sekitar sembilan dari sepuluh pasien Laftah kerap bertanya kepada sang dokter mengenai makanan yang harus dihindari agar jerawat tak datang lagi. Cokelat adalah salah satu makanan yang paling sering ditanyakan.
“Memang ada salah kaprah, tapi ada sedikit fakta juga,” ucap Laftah.
Faktor utama jerawat memang genetik, tapi komponen tertentu dalam pola makan seseorang juga dapat memicu inflamasi, kata Laftah.
Sebagian orang memiliki respons kuat terhadap sejumlah kelompok makanan, seperti produk susu.
Namun, katanya, penumbuhan jerawat akibat produk susu sebenarnya sangat jarang.
Sejumlah peneliti juga sudah berupaya mencari tahu kandungan apa dalam cokelat yang berdampak pada jerawat.
Sejauh ini, berbagai studi belum dapat memberikan kesimpulan. Kalau pun ada, kaitannya relatif kecil.
Satu studi pada 2011 meneliti tentang pengaruh makanan dengan kandungan 100% cokelat hitam, yang berarti tak ada gula di dalamnya, terhadap penumbuhan jerawat.
Riset itu menunjukkan konsumsi cokelat hitam bisa terkait dengan kemunculan jerawat.
Namun, riset itu hanya melibatkan 10 peserta, dan tak ada kelompok kontrol di dalamnya.
Lebih jauh, salah satu kaitan antara jerawat dan pola makan dapat dilihat dari indeks glikemik (GI) pada makanan.
GI sendiri merupakan indikator seberapa cepat suatu makanan dapat meningkatkan level gula darah dalam tubuh.
Beberapa studi menunjukkan kaitan antara gejala jerawat dan makanan-makanan dengan GI tinggi, seperti buah, roti, dan pasta.
Makanan dengan GI tinggi dapat memperparah jerawat, kata Laftah, karena bisa meningkatkan level insulin di dalam tubuh.
Jumlah insulin ini dapat meningkatkan inflamasi, yang berarti memicu produksi minyak pada wajah.