3. Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterialis (BV) pada dasarnya adalah infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri pengganggu dalam mikrobioma vagina.
Claveland Clinic menyebut gejalanya ada bau khas yang menyertai vaginosis bakterialis.
“Jadi jika Anda mencium bau 'amis' yang kuat dari vagina, disertai rasa gatal dan iritasi, ini bisa menjadi tanda yang jelas," menurut Cleveland Clinic.
Keputihan berwarna abu-abu pucat atau putih juga umum terjadi pada sebagian orang.
Jika mengalami salah satu dari gejala ini, laporkan ke dokter, karena meskipun BV dapat sembuh dengan sendirinya pada sebagian orang, sebagian lainnya mungkin memerlukan antibiotik.
4. Krim cukur, waxing dan penghilang bulu.
Pencabutan bulu kemaluan dapat menyebabkan abrasi mikro pada kulit dan meningkatkan risiko infeksi kulit dan rambut tumbuh ke dalam sehingga menyebabkan iritasi dan gatal.
"Bahkan jika abrasi ini tidak terinfeksi, abrasi ini menyebabkan pelepasan histamin di kulit yang menyebabkan rasa gatal. Saya secara umum menyarankan untuk tidak mencukur dan menggunakan krim penghilang bulu, saya sarankan untuk melakukan waxing dengan profesional yang sangat berpengalaman atau penghilangan bulu dengan laser,” kata Dr. Sterling.
5. Alergen
Dr. Sterling mengatakan vagina juga bisa rentan alergi, maka itu sebaiknya menggunakan sabun dan losion lembut tanpa pewangi pada bagian luar organ intim.
Penggunaan kondom atau pakaian renang berbahan lateks, juga memicu alergi dan iritasi pada vagina.
6. Kondisi kulit
Kulit di sekitar kemaluan juga terpengaruh oleh kondisi kulit pada area tubuh lainnya. Menjaga kulit tetap terhidrasi, bersih dan terawat akan membantu mencegah kekeringan.
Mandi air hangat selama 20 menit dengan segenggam minyak kelapa murni tiga hingga empat kali seminggu juga akan menghidrasi kembali kulit vagina.
Menambahkan probiotik oral atau vagina ke dalam rutinitas harian Anda dapat membantu menghidrasi, tetapi sebaiknya hubungi dokter Anda sebelum memulai pengobatan baru.