3. Kebutuhan Akan Validasi Sosial
Memiliki barang branded juga seringkali menjadi cara untuk mendapatkan validasi sosial.
Masyarakat cenderung mengasosiasikan kepemilikan barang mewah dengan status, kekayaan, dan kesuksesan.
Dengan memiliki barang branded, seseorang merasa diterima dan diakui dalam lingkaran sosial tertentu.
4. Seni dan Spiritualitas
Bagi sebagian orang, membeli barang branded bukan hanya tentang status atau kualitas, tetapi juga tentang nilai seni dan spiritual yang terkandung di dalamnya.
Desain unik, bahan berkualitas tinggi, dan sejarah panjang merek tertentu dapat memberikan daya tarik artistik dan spiritual bagi para kolektor atau penggemar.
5. Investasi
Beberapa orang melihat pembelian barang branded sebagai investasi.
Mereka percaya bahwa nilai barang-barang tertentu, terutama dari merek ternama, dapat meningkat seiring waktu.
Kepercayaan ini mendorong mereka untuk membeli barang branded bukan hanya untuk konsumsi, tetapi juga sebagai aset yang dapat dijual kembali di masa depan.
BACA JUGA: 4 Jenis Kopi Indonesia Yang Menjadi Kiblat Dunia
Psikologi manusia memainkan peran penting dalam mendorong pembelian barang branded.
Keinginan untuk mendapatkan validasi sosial, persepsi terhadap kualitas, dan ketertarikan terhadap nilai seni dan spiritual hanyalah beberapa faktor yang mendorong orang untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk produk-produk branded.
Namun, penting untuk diingat bahwa kebahagiaan yang sejati tidak selalu datang dari kepemilikan barang-barang mahal.
Dengan memahami faktor-faktor psikologis di balik pembelian barang branded, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan mempertimbangkan nilai-nilai lain dalam hidup.