RADARLEBONG.ID - Meskipun Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) sudah di Proklamirkan, 17 Agustus 1945. Namun, pergolakan dan pertempuran sengit pada waktu itu masih terjadi.
Tentara Jepang masih menjadi ancaman, bagi masyarakat kota Curup atau Rejang Lebong dan sekitarnya pada 27 Desember 1945.
Pertempuran hebat menghadapi tentara Jepang pada saat itu, melibatkan TKR dan rakyat Rejang Lebong. TKR memusatkan kekuatannya di Dusun Tabarenah.
Sementara, Jepang mengirim utusan tentaranya dengan membawa ancaman bagi TKR. Namun, justru TKR dan rakyat menjadi bertambah semangat untuk melawan habis-habisan.
BACA JUGA:PENGUMUMAN! Cek Disini, Lowongan CPNS 2023 untuk Lulusan SMA
BACA JUGA:PLN Beri Senyuman kepada Pelanggan: Diskon Spesial Tambah Daya Listrik!
Dilansie dari Rejang.blogspot, Komandan pertempuran waktu itu ialah Kapten Berlian. Menurut catatan di Monumen Tabarenah yang diresmikan tahun 1999,
tongkat komando diserahkan kepada Staf Batalion R. Iskandar Ismail dibantu Kepala Mobilisasi/Latihan Rakyat MZ Ranni, 30 Desember 1945.
Menjelang Fajar, Jepang menyerang Tabarenah. Jembatan penghubung di Desa Tabarenah menjadi ajang perebutan kedua belah pihak.
Menurut sumber, jembatan Tabarenah sengaja diputus dan dihancurkan agar Jepang tak bisa melewati Tabarenah untuk menuju ke Lebong.
Hanya saja karena kalah dibidang persenjataan, akhirnya Jepang dapat memasuki Tabarenah.
Jepang membabi buta dan membakar rumah-rumah rakyat. Tabarenah berkobar, dari 66 rumah yang ada hanya tersisa 6 rumah milik warga.
Dan banyak bergelimpangan korban nyawa, baik dari masyarakat sipil, TKR dan tentara Jepang.
Pertempuran secara frontal terjadi di Desa Tabarenah, TKR bersama rakyat dengan modal keberanian dan keikhlasan mati-matian membela dan mempertahankan NKRI.
Hingga akhirnya, Jepang kembali ke markasnya Dwitunggal dengan membawa 9 truk berisi mayat tentara Jepang.